Jumat, 20 Maret 2015

prasyarat wacana bahasa indonesia



PRESYARAT WACANA BAHASA INDONESIA
Pengertian Wacana
Kridalaksana (1993: 231) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Persyaratan Terbentuknya Wacana
Pembahasan berikutnya adalah mengenai persyaratan terbentuknya
wacana. Setelah mengetahui pengertian-pengerti awacana dari para ahli, maka persayaratan wacana juga akan diketahui. Misalnya saja dari Tarigan (2009: 19) yang menyebutkan wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis. Dari pengertian ini sudah diketahui bahwa wacana memiliki syarat dari ungkapan “dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata,” dapat ditemukan syarat, yakni koherensi dan kohesi.
Akan tetapi itu saja tidak cukup untuk memenuhi syarat dari terbentuknya wacana. Oka dan Suparno (1994: 260-270) menyebutkan jika wacana akan terbentuk bila memenuhi tiga syarat pokok, yakni topik, tuturan pengungkap topik, serta kohesi dan koherensi. Sedangkan menurut Widowson (1978:22) wacana mempunyai dua hal penting, yaitu proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik).
Berikut ini penjabaran beberapa hal yang menjadi prasyaratan wacana.
1.      Topik.
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana. Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi pembaca. Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol P, adalah tempat parkir.
2.      Kohesi dan Koherensi
Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta pengertian yang baik (koherensi). Unsur kohesi tersebut misalnya dicapai dengan hubungan sebab-akibat, baik antarklausa maupun antarkalimat (Depdikbud, 1988:343-350). Kekohesifan dalam suatu wacana dapat diperoleh dari penggunaan dalam memadukan beberapa aspek  gramatikal (seperti; konjungsi, elipsi, kata ganti, dan lain-lain), aspek semantik, dan aspek kebahasaan lainnya.
3.      Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.
4.      Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.
Setelah diketahui beberapa persyaratan wacana, berikut ini terdapat beberapa contoh wacana.
1.       Wacana berbentuk tulisan
Wacana argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar bisa menerima pendapat, ide, ataupun pernyataan yang dikemukakan oleh penulisnya. Untuk memperkuat pendapat atau idenya itu, penulis wacana argumentasi biasanya menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, agar pembaca menjadi semakin yakin atas kebenaran yang telah disampaikan penulis.
Berikut sedikit contoh kutipan wacana argumentasi
Menyetop bola menggunakan  dada dan kaki dapat ia lakukan dengan sempurna. Tembakan kaki kanan serta kaki kirinya tepat dan keras. Sundulan yang dihasilkan dari kepalanya sering memperdaya kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendak dirinya. Larinya sangat cepat bagaikan kijang. Menjadikan lawan sukar mengambil bola diantara kakinya. Operan bolanya akurat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola profesional.
Tujuan yang ingin di capai melalui argumentasi tersebut, antara lain :
  • Melontarkan pandangan / pendirian
  • Mendorong atau mencegah
  • Mengubah tingkah laku pembaca
  • Menarik simpati
Hal-hal yang memenuhi persyaratan wacana:
1.      Terdapat tujuan yang mengarah ke topik
2.      Kohesi dan koherensi padu membetuk proporsional ketika dibaca
3.      Terdapat tuturan yang merujuk pada satu objek, yaitu “Amin benar-benar pemain bola profesional”
2.      Wacana berbentuk lambang atau simbol
Simbol P


“Jika kita melewati suatu jalan raya, entah itu tujuannya untuk ke sekolah, kantor, pasar, atau tempat lainnya, tentu kita sering melihat adanya rambu-rambu lalu lintas di kedua sisi jalan tersebut. Menurut Wikipedia, rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Agar rambu dapat terlihat baik siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan harus terbuat dari material yang reflektif (memantulkan cahaya).”

Persyaratan yang masuk dalam wacana:

1.      Simbol menunjukkan topik

2.      Kohesi dan koherensi dalam penuturan sehingga membentuk penjelasan yang proporsional

3.      Wacana dalam bentuk dialog
HRD   : “Selamat pagi. Silahkan duduk
Pelamar: “Selamat pagi.”
HRD   : “Siapa nama Anda?”
Pelamar: “Nama saya Jennifer Dawson”
HRD   : “Ceritakan sedikit tentang diri Anda, Nona Dawson!”
Pelamar: “Saya adalah lulusan Universitas Stanford, jurusan Public Relatin dengan IPK 3,85. Saya memiliki beberapa pengalaman kerja yang tertulis dalam daftar riwayat hidup saya.”
HRD   : “Begitukah? Apakah Anda memiliki keterampilan komputer? Apakah Anda bisa bahasa lainnya?”
Pelamar: “Ya, saya punya keterampilan komputer. Saya bisa mengoperasikan MS Office, Corel Draw, Adobe Photoshop dan intenet. Dan saya bisa berbicara bahasa Jerman, Spanyol, Belanda dan Perancis.”
HRD   : “Wow… Menarik sekali. Dimana Anda belajar semua itu?”
Pelamar: “Saya belajar beberapa saat saya masih di universitas tapi saya juga mengambil kursus.”
HRD: “Pekerjaan ini menghendaki Anda melakukan banyak perjalanan, bagaimana menurut Anda? Apakah itu menjadi masalah buat Anda?”
Pelamar: “Itu tidak menjadi masalah sama sekali. Sejujurnya, saya sangat suka melakukan perjalanan.”
HRD   : “Baiklah kalau begitu, mungkin Andalah yang kami butuhkan, Nona Dawson. Saya akan menghubungi Anda setelah Dewan Direksi mengambil keputusan. Perusahaan ini membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan public relation. Sepertinya tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Saya harap kita dapat bertemu lagi secepatnya.”
Pelamar: “Saya juga berharap demikian, Tuan. Terima kasih atas wawancaranya. Selamat pagi.”

Dari percakapan tersebut dapat diidentifikasi yang memenuhi persyaratan wacana. Yaitu:
1.      Setiap pertanyaan dan sapaan, atau komunikasi dengan umpan balik memiliki kohesi dan koherensi yang sesuai. Pertanyaan dan jawaban yang dituturkan tidak melenceng.
2.      Memiliki topik, bisa diidentifikasi mulai dari percakapan awal hingga akhir, bahwa itu adalah interview pelamar kerja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar